Dia, sesosok manusia yang begitu membuatku berdebar. Memang
benar bahwa orang yang membuat kita berdebar kebanyakan adalah orang baru di
kehidupan kita. Orang yang tidak kita kenal, dan begitu menarik bagi kita.
Biasanya, hanya kelebihannya yang melekat dibenak kita.
Aku dan dia, biasanya terjebak dalam momen-momen yang gak disengaja. Seperti duduk bersebelahan, bertemunya sebuah tatapan, sampai berpapasan saat pulang sekolah. Semua kejadian itu membuat aku girang tidak terkira.
Hingga malam itu, di hari ulang tahunnya yang ke 18, setelah satu tahun lamanya dia membuatku deg-degan, aku bertemu langsung dengannya. Aku mengumpulkan seluruh nyaliku untuk memberikan dia sebuah hadiah perpisahan dan kejujuran. Perpisahan, karena tahun ini dia akan meninggalkan masa SMA-nya, sekaligus menghapuskan benih-benih kebahagiaanku tentangnya. Kejujuran, karena disitu aku menyelipkan sebuah kisahku tentang dia yang selama ini membuatku berdebar.
Malam itu, dibawah sinar lampu temaram. Aku melihat senyumnya yang ikhlas dan indah. Aku mendengar suaranya yang begitu tulus dan lembut. Entah, begitu berbeda dengan dia yang selama ini aku tahu.
Hingga pada malam itu, aku menapaki jalanan yang lengang disampingnya. Mengahabiskan 10 menit waktu hidupku untuk mengobrol dengannya. Menatap matanya dalam-dalam, merasakan atmosfer kebahagiaan yang sangat singkat. Hal sederhana yang begitu ingin aku lakukan, dan pada malam itu aku dengan puas melakukannya.
Tidak perlu canggung saat menatap matanya seperti hari-hari biasa, karena saat itu hanya ada aku dan dia. Begitu pula dengannya, begitu sering menatap tajam wajahku. Seakan sedang memahami sosok diriku yang entah kenapa begitu terobsesi akan dirinya. Semua terasa begitu indah, sampai aku dan dia harus berpisah jalan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar