Sebuah postingan tentang dia lagi. Dia yang pikirannya
sangat sulit ditebak. Dia yang bermuka dua. Dia yang beberapa hari lalu
membuatku menjadi orang paling bahagia sedunia tiba-tiba hari ini menjadikanku
orang paling tolol sedunia.
Sangatlah wajar bila aku begitu ingin tahu tentang bagaimana
respon dia terhadap hadiah perpisahan dan kejujuran yang beberapa waktu lalu
aku berikan kepadanya. Tapi, apa mau dikata. Boro-boro menanyakan hal itu,
untuk sekedar menyapa pun tak ada balasan.
Perlu dia ketahui bahwa aku ini manusia, bukan sapi yang tak berotak. Aku punya otak, sehingga aku tahu pada WhatsApp terdapat fitur “last seen” yang memungkinkan aku mengetahui barang sedikit aktivitasmu.
Perlu dia tahu bahwa aku ini bukanlah robot gundam yang gak
punya hati. Justru, pada saat seperti ini hatiku sedang bekerja maksimal.
Sedang bahagia karena dia, dan tiba-tiba dijatuhkan karena dia juga. Jedanya
sangat singkat sehingga sakitnya pun lebih terasa.
Bukan maksudku untuk terlalu bahagia karena kejadian langka waktu itu. Hanya saja hati, pikiran, dan seluruh tubuh ini belum sepenuhnya beranjak. Masih sering tanpa sadar hati dan pikiranku memutar ulang kejadian itu. Salahkah??
Memang melelahkan membangun prasangka dan hasilnya semua salah. Harapan vs kenyataan selamanya tidak akan menemukan pemenang. Harapan yang terlalu tinggi sangat tidak sebanding dengan kenyataan yang begitu memuakkan.
Dia yang tidak peduli bahkan tidak mau peduli memang tak akan bisa lagi dirubah. Lalu, untuk apa aku masih saja bertahan? Itulah pertanyaan yang sampai saat ini masih susah dianalogikan.
Andai dia membaca tulisan ini. Oh dear my
pretty-little-bastard...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar